Paris (AFP) – Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) dan mitranya dari Inggris pada Rabu (27 Januari) mengizinkan Boeing 737 Max untuk terbang lagi di langit Eropa, 22 bulan setelah pesawat itu dilarang terbang menyusul dua kecelakaan fatal.
“Setelah analisis ekstensif oleh EASA, kami telah menentukan bahwa 737 Max dapat dengan aman kembali beroperasi,” kata direktur EASA Patrick Ky dalam sebuah pernyataan.
“Penilaian ini dilakukan dalam independensi penuh Boeing atau Administrasi Penerbangan Federal (Amerika) dan tanpa tekanan ekonomi atau politik,” tambah agensi itu.
Max dilarang terbang pada Maret 2019 setelah dua kecelakaan yang bersama-sama menewaskan 346 orang – bencana Lion Air 2018 di Indonesia dan kecelakaan Ethiopian Airlines pada tahun berikutnya.
Penyelidik mengatakan penyebab utama kedua kecelakaan itu adalah sistem penanganan penerbangan yang salah yang dikenal sebagai Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, atau MCAS.
Dimaksudkan untuk menjaga pesawat agar tidak macet saat naik, sistem otomatis malah memaksa hidung pesawat ke bawah.
Temuan itu menjerumuskan Boeing ke dalam krisis, dengan lebih dari 650 pesanan untuk 737 Max dibatalkan sejak tahun lalu.
Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) memerintahkan Boeing untuk mengubah jet dan menerapkan protokol pelatihan pilot baru, sebelum akhirnya menyetujui pesawat untuk kembali beroperasi pada bulan November.
Otoritas Penerbangan Sipil Inggris juga pada hari Rabu memberikan persetujuannya untuk 737 Max untuk kembali beroperasi.
“Otoritas Penerbangan Sipil Inggris hari ini mengumumkan bahwa mereka akan mengizinkan maskapai penerbangan Inggris untuk mengoperasikan penerbangan penumpang dengan pesawat Boeing 737 Max, tunduk pada pengawasan ketat,” kata CAA dalam sebuah pernyataan.